Nora dan Kuntilanak
Tepat pukul 00.00 mereka sudah berada di gedung tua.
Sekeliling gedung ditutupi dengan pagar tinggi seng bekas. Tampak pohon
beringin besar berdiri kokoh di halaman depan gedung. Gedung ini berlantai tiga
dengan banyak jendela dan tampak mewah pada zamannya.
“Ape tu?” Yonki
spontan mendongak ke atas ke arah pohon beringin yang berada tepat di atasnya.
“Ngape kau ni?
Macam baru pertame yak,” Sahut Jek sambil tersenyum mengejek ke arah Yonki.
Dia seperti mendengar bunyi sesuatu jatuh dari
ketinggian. Matanya liar melihat sekitar gedung. Anehnya pada saat yang sama,
teman yang lain tidak ada mendengar suara apapun. Udara sangat dingin malam itu.
Dedaunan dari pohon di sekitar gedung ikut melambai karena hembusan angin
malam. Menurut penuturan tetangga sekitar, mereka sering mendengar suara
tertawa dan isak tangis perempuan pada malam hari dari gedung tersebut.
Mereka duduk melingkar dengan tangan menengadah dan
mata terpejam beberapa saat sebelum memulai perburuan. Satu persatu langkah kaki
mereka memasuki gedung itu. Diikuti dengan degupan jantung mereka yang berpacu
lebih cepat dari biasanya. Meskipun ini bukan hal yang pertama namun tetap saja
selalu ada rasa berdebar saat berburu hantu.
Mereka berpencar menjadi beberapa kelompok. Cahaya
senter dari masing – masing kelompok kini menembus kegelapan gedung. Suasana
hening, hanya ada suara derap langkah kaki yang terdengar dengan ditemani suara
jangkrik.
Belum sampai lima menit mereka di dalam, satu dari
teman wanita mereka teriak histeris. Dia adalah Nora. Nora teriak sambil
menutup kedua telinganya dengan mata terpejam. Jeck dan Yonki segera menuju
Nora yang lokasinya berada di depan WC. Nora segera dibawa keluar.
Nora muntah-muntah dan badannya lemas. Dia dibawa ke
tempat yang agak jauh dari gedung tersebut. Sementara itu, Jeck dan lainnya
masih melanjutkan perburuan hantu di gedung tersebut.
“Aku tu ngeliat
perempuan rambut e panjang, muke seram, tedudok di atas kloset. Die tuh sambil
ketawa cekikikan, mandangkan aku. Takotlah aku,” ungkap Nora dengan bibir
bergetar.
Sosok yang digambarkan Nora adalah Kuntilanak. Kuntilanak adalah sosok
hantu perempuan berbaju putih berambut panjang. Wajahnya yang menyeramkan
membuat siapapun yang melihatnya menjerit.
Malam itu, setelah Nora tenang, dia langsung diantar
pulang oleh Yonki.
Motor melaju membelah jalanan kota Pontianak. Di tengah
perjalanan, setelah melewati pemakaman umum, tiba-tiba Nora berteriak
sejadi-jadinya. Tubuhnya terlempar dari sepeda motor. Yonki pun kehilangan
keseimbangan. Dia ikut tumbang bersama sepeda motornya.
Nora tak sadarkan diri dengan luka di sekujur
tubuhnya. Yonki hanya mengalami luka ringan. Mereka berdua dibawa ke Rumah
Sakit terdekat oleh pengendara lain yang kebetulan lewat. Hasil pemeriksaan
menunjukkan bahwa Nora sedang berbadan dua. Pantas saja sosok itu betah
membuntuti dan menganggu Nora.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar